Apakah benar SSD mempunyai umur pendek, atau hanya gimmick? SSD adalah storage drive yang sudah menggunakan sistem chip, jadi berbeda dengan hard disk. Hard disk masih menggunakan  piringan magnetis dan mencari file dengan cara merotasi piringan. Kalau SSD, semuanya menggunakan chip yang berfungsi secara elektrik. Jadi begitu ada arus listrik yang masuk, SSD menjadi aktif dan langsung bisa mencari  file di dalamnya tanpa harus lama mencari. Nah, jadi, benarkah mitos umur SSD itu pendek? Simak artikel berikut ya, Nengineers.

Usia Selnya yang Terbatas

Setiap sel di dalam SSD mempunyai batas usia. Jadi, saat sudah mencapai batas usia selnya, maka SSD dapat langsung berhenti bekerja, yang mana otomatis ada risiko data yang berada di dalam sel itu juga hilang secara permanen. Semakin sering kita menulis data ke dalam sel, maka semakin dekat sel tadi pada ujung usianya, dan inilah faktor pertama yang membuat perbedaan SSD murah dan mahal.

Jenis- Jenis Sel SSD

SLC (Single-Level Cell)

Dari namanya kita sudah bisa menebak bahwa maksudnya adalah satu sel hanya bisa diisi dengan 1 bit data. Ini adalah versi awal SSD dan memiliki harga yang mahal. Karena hanya bisa diisi dengan 1 bit data, maka ini adalah jenis SSD yang performanya paling kencang dan usianya paling panjang. Perkiraan usia SSD ini sekitar 90.000 sampai 100.000 cycles. SSD jenis ini memiliki harga paling mahal, dan biasanya hanya digunakan di industri dan enterprise seperti data server. Karena harganya yang mahal dan kapasitas yang kecil, maka SSD ini sudah jarang dibuat.

MLC (Multi-Level Cell)

Menandakan bahwa satu sel bisa diisi dengan 2 bit. SSD ini berada di bawah SSD SLC dengan harga yang lebih murah. SSD ini cocok untuk penggunaan file yang besar. Secara teori, usianya bisa mencapai 10.000 cycles.

TLC (Triple-Level Cell)

Artinya tiap sel bisa diisi 3 bit data dan ini berarti menandakan bahwa usianya akan lebih pendek daripada SLC dan MLC. Juga, secara otomatis performanya akan lebih rendah karena satu sel dibagi untuk 3 data. Secara teori, usia dari TLC adalah sekitar 3.000 sampai 5.000 cycles. Walaupun jenis ini dibilang yang terjelek, tapi pada kenyataannya mayoritas SSD yang berada di pasaran adalah TLC.

QLC (Quad-Level Cell)

Dan masih sama seperti namanya, artinya adalah satu sel bisa diisi 4 bit data. Artinya, sel jenis ini merupakan jenis yang performanya paling rendah, dan usianya juga paling pendek. Secara teori, usianya hanya berkisar 1000 cycles saja.

Apa Itu TBW?

Terabytes per Written atau singkatnya TBW adalah seberapa banyak data yang telah ditulis oleh SSD. Dan dalam pabrikan biasanya menjadi patokan dalam umur SSD. Biasanya, semakin besar ukuran SSD maka TBW nya juga ikut besar. Jika sebuah SSD 120GB memiliki 80 TBW, dan jika sering dipakai menyalin file 5GB, maka 80.000 : 5 = 16.000 hari atau 43 tahun. Perhitungan tersebut hanyalah hitungan teori, masih banyak lagi faktor yang mempengaruhi umur SSD, seperti arus listrik yang tidak stabil, atau faktor kerusakan pabrik. Itulah alasan pabrik SSD biasanya memberikan garansi panjang antara 3-5 tahun.

Ini adalah contoh dengan menggunakan aplikasi Hard Disk Sentinel. SSD yang saya gunakan yaitu SSD Vgen Turbo M.2 SATA yang memiliki 60 TBW. Jika dilihat pada lifetime writes-nya, SSD ini telah membaca file sebesar 3.47 TB. Karena aplikasi ini menghitung health SSD dari batas TBW SSD, maka health performance-nya turun.

Teknologi Wear-Leveling

Untuk memperpanjang umur SSD, SSD mempunyai teknologi pada firmware yang bisa meratakan jumlah data ke seluruh chip-nya. Dengan ini kemungkinan tidak ada salah satu chip yang rusak terlebih dahulu.

Penutup

Nengineers bisa membiasakan membaca spesifikasi SSD, dan lihat seberapa besar ukuran TBW-nya. Jika ingin membeli SSD dengan ukuran 120GB atau 240GB, disarankan hanya untuk keperluan booting OS dan gunakan hard disk sebagai penyimpanan data. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *